25 Mayıs 2016 Çarşamba

Teori Evolusi: Sebuah Gagasan Kuno

Teori Evolusi: Sebuah Gagasan Kuno

Gagasan bahwa kehidupan adalah hasil peristiwa tak disengaja dan tanpa tujuan adalah sebuah mitos abad ke-19. Dilihat dari tingkat pemahaman ilmu pengetahuan yang masih terbelakang di masa itu, para evolusionis beranggapan bahwa kehidupan sangatlah “sederhana”.
microscopes

Akibat Keterbelakangan Ilmu Pengetahuan

Saat Darwin mengemukakan teorinya, pengetahuan seluk-beluk makhluk hidup hingga bagiannya yang terkecil belum banyak diketahui. Dan dengan mikroskop sederhana waktu itu, struktur rumit dari kehidupan mustahil dapat dilihat.
Jean B. Lamarck: Ilmu pengetahuan meruntuhkan teorinya.
Terdapat lebih dari satu juta spesies makhluk hidup yang menghuni bumi. Bagaimana beragam spesies dengan keseluruhan ciri yang sama sekali berbeda dan rancangan sempurna ini muncul menjadi ada? Setiap orang yang menggunakan akalnya akan memahami bahwa kehidupan adalah karya penciptaan sempurna yang tiada tara.
Tetapi, teori evolusi menolak kebenaran yang jelas ini. Menurutnya, semua spesies di bumi berevolusi dari satu spesies ke spesies lain melalui berbagai peristiwa yang terjadi secara acak.
Orang pertama yang mempelajari masalah evolusi secara mendalam – sebuah gagasan yang berasal dari bangsa Yunani Kuno – adalah biologiwan Prancis, Jean Baptist Lamarck. Teori Lamarck, yang dikemukakan di awal abad ke-19, menyebutkan bahwa “makhluk hidup mewariskan sifat-sifat yang mereka peroleh selama hidup ke generasi berikutnya”. Misalnya, dalam pandangan Lamarck, jerapah telah berevolusi dari binatang sejenis kijang yang memanjangkan leher terus-menerus saat berusaha mendapatkan makanan di dahan pohon yang lebih tinggi. Namun, kemunculan ilmu genetika telah menguburkan teori Lamarck sekali dan untuk selamanya.
Orang penting kedua setelah Lamarck yang memper-tahankan teori ini adalah seorang naturalis amatir, Charles Darwin. Dalam bukunya The Origin of Species, yang terbit pada tahun 1859, ia menyatakan semua spesies berasal dari satu nenek moyang yang sama melalui proses yang terjadi secara kebetulan. Sebagai contoh, menurut Darwin, ikan paus berevolusi dari beruang yang mencoba berburu di laut.1
Darwin sangat ragu ketika mengemukakan pernyata-annya. Ia tidak begitu yakin dengan teorinya, dan mengakui banyak permasalahan yang tidak mampu dijelaskannya dalam bab berjudul “Difficulties on Theory”. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi di kemudian hari seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dan membuat sejumlah perkiraan. Tetapi ilmu pengetahuan abad ke-20 menggugurkan pernyataan Darwin satu demi satu. Persamaan antara teori Lamarck dan Darwin adalah keduanya berlandaskan pada pemahaman ilmu pengeta-huan yang masih terbelakang. Ketiadaan berbagai cabang ilmu seperti biokimia dan mikrobiologi di masa itu menyebabkan para evolusionis berpikir bahwa makhluk hidup memiliki rancangan sederhana sehingga dapat terbentuk dengan sendirinya secara kebetulan. Ketidak-tahuan terhadap hukum genetika memunculkan anggapan bahwa beragam makhluk hidup dapat dengan mudah berevolusi menjadi spesies baru.
Kemajuan ilmu pengeta-huan telah meruntuh-kan semua mitos ini dan mengungkap bahwa makhluk hidup adalah karya penciptaan yang paling unggul.

Kesulitan Darwin

Charles Darwin, seorang naturalis amatir, mengemukakanteori dalam bukunya: “The origin of species” yangterbit pada tahun 1859. Ia mengakui banyakpermasalahan yang tak dapat ia jelaskan dalambab “Difficulties On Theory”. Ia berharapberagam permasalahan ini akanterpecahkan di masa mendatang.Namun, pada kenyataannya harapanini tidak pernah terwujud.

Darwin tidak melandaskan teorinya pada bukti nyata atau penemuan apa pun. Ia hanya melakukan sejumlah pengamatan dan menghasilkan sejumlah gagasan. Ia melakukan sebagian besar pengamatannya di atas kapal H.M.S. Beagle yang berlayar dari Inggris.

Permasalahan Tentang Catatan Fosil

Ketika Darwin mengemukakan teorinya, para ahli paleontologi adalah yang paling menentangnya. Mereka mengetahui bahwa “bentuk-bentuk peralihan” yang diduga pernah ada oleh Darwin, kenyataannya tidak pernah ditemukan. Darwin berharap permasalahan ini akan dapat teratasi dengan penemuanpenemuan fosil baru. Akan tetapi, ilmu paleontologi malah semakin menggugurkan teori Darwin hari demi hari.

Catatan kaki

1) Charles Darwin, The Origin of Species: A Facsimile of the First Edition, Harvard University Press, 1964, hal. 184

Asal-Usul Kehidupan

Asal-Usul Kehidupan

Evolusionis menyatakan bahwa makhluk hidup membentuk diri mereka sendiri secara mandiri dari benda mati. Namun, ini adalah dongeng takhayul abad pertengahan yang bertentangan dengan hukum dasar biologi.

Sel Yang Membelah Diri

Hukum paling mendasar dari kehidupan adalah “kehidupan hanya berasal dari kehidupan”. Suatu makhluk hidup hanya dapat muncul dari kehidupan sebelumnya.
Louis Pasteur
Bagi kebanyakan orang, pertanyaan “apakah manusia berasal dari kera atau tidak” muncul dalam benak mereka ketika teori Darwin disebutkan. Tapi sebelum membahas masalah ini, sebenarnya masih terdapat beragam pertanyaan yang harus dijawab oleh teori evolusi. Pertanyaan pertama adalah bagaimana makhluk hidup pertama muncul di bumi.
Evolusionis menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan bahwa makhluk hidup pertama adalah sel tunggal yang terbentuk dengan sendirinya dari benda mati secara kebetulan. Menurut teori ini, pada saat bumi masih terdiri atas bebatuan, tanah, gas dan unsur lainnya, suatu organisme hidup terbentuk secara kebetulan akibat pengaruh angin, hujan dan halilintar. Tetapi, pernyataan evolusi ini bertentangan dengan salah satu prinsip paling mendasar biologi: Kehidupan hanya berasal dari kehidupan sebelumnya, yang berarti benda mati tidak dapat memunculkan kehidupan.
Kepercayaan bahwa benda mati dapat memunculkan kehidupan sebenarnya sudah ada dalam bentuk kepercayaan takhayul sejak abad pertengahan. Menurut teori ini, yang disebut “spontaneous generation”, tikus diyakini dapat muncul secara alami dari gandum, atau larva lalat muncul “tiba-tiba dengan sendirinya secara kebetulan” dari daging. Saat Darwin mengemukakan teorinya, keyakinan bahwa mikroba dengan kemauan sendiri membentuk dirinya sendiri dari benda mati juga sangatlah umum.

“Lumpur Yang Berubah Menjadi Makhluk Hidup “

Nama ilmiah dari gambar di samping ini adalah “Bathybius Haeckelii”, yang berarti “Lumpur Haeckel”. Ernst Haeckel, seorang pendukung gigih teori evolusi, mencoba mengamati lumpur yang berhasil dikeruk dengan cawan dan menganggapnya sangat menyerupai sejumlah sel yang dilihatnya di bawah mikroskop. Berdasarkan pengamatan ini, ia menyatakan bahwa lumpur ini adalah materi tak hidup yang berubah menjadi organisme hidup. Haeckel dan rekannya, Darwin, meyakini kehidupan memiliki struktur sederhana sehingga dapat terbentuk dari benda mati. Akan tetapi, ilmu pengetahuan abad ke-20 menunjukkan bahwa kehidupan tidak pernah dapat muncul dari sesuatu yang tak hidup.
Ernst Haeckel
Penemuan biologiwan Prancis, Louis Pasteur, mengakhiri kepercayaan ini. Sebagaimana perkataannya: “Pernyataan bahwa benda mati dapat memunculkan kehidupan telah terkubur dalam sejarah untuk selamanya”. 2 Setelah Pasteur, para evolusionis masih berkeyakinan bahwa sel hidup pertama terbentuk secara kebetulan. Namun, semua percobaan dan penelitian yang dilakukan sepanjang abad ke-20 telah berakhir dengan kegagalan. Pembentukan “secara kebetulan” sebuah sel hidup tidaklah mungkin terjadi, bahkan untuk membuatnya melalui proses yang disengaja di laboratorium tercanggih di dunia pun ternyata tidak mungkin.
 

Akhayul Abad Pertengahan

Di antara kepercayaan takhayul yang diyakini masyarakat abad pertengahan adalah benda mati dapat memunculkan kehidupan dengan sendirinya secara tibatiba. Saat itu diyakini, misalnya, katak dan ikan terbentuk dengan sendirinya dari lumpur di dasar sungai. Di kemudian hari terungkap, hipotesis yang dikenal sebagai “spontaneous generation (kemunculan tibatiba)” ini adalah kebohongan belaka. Akan tetapi, di kemudian hari dengan skenario yang sedikit berbeda, kepercayaan ini dihidupkan kembali dengan nama “teori evolusi”.
Oleh karenanya, pertanyaan tentang bagaimana makhluk hidup pertama muncul telah menempatkan teori evolusi dalam kesulitan sejak awal. Salah satu tokoh utama pendukung teori evolusi tingkat molekuler, Prof. Jeffrey Bada, membuat pengakuan berikut ini:
Saat ini, ketika kita meninggalkan abad keduapuluh, kita masih dihadapkan pada masalah terbesar yang belum terpecahkan pada saat kita memasuki abad keduapuluh: Bagaimana kehidupan muncul pertama kali di bumi? 3

Mitos “Evolusi Kimiawi”

Evolusionis terkenal, Alexander Oparin, muncul dengan gagasan “evolusi kimiawi” di awal abad ke-20. Gagasan ini menyatakan bahwa sel hidup pertama muncul secara kebetulan melalui sejumlah reaksi kimia yang terjadi pada kondisi bumi purba. Akan tetapi, tak satu evolusionis pun, termasuk Oparin sendiri, yang mampu memberikan satu pun bukti yang mendukung gagasan “evolusi kimia”.
Sebaliknya, setiap penemuan baru di abad ke-20 menunjukkan kehidupan terlalu kompleks untuk dapat terbentuk secara kebetulan. Evolusionis terkenal Leslie Orgel membuat pengakuan berikut ini:
“(Dengan mempelajari struktur DNA, RNA, dan protein) seseorang mestinya berkesimpulan: ternyata kehidupan tidak akan pernah dapat terbentuk melalui reaksi-reaksi kimiawi.” 4
Selain menggugurkan teori evolusi, hukum “kehidupan muncul dari kehidupan sebelumnya” juga menunjukkan bahwa makhluk hidup pertama muncul di bumi dari kehidupan yang ada sebelumnya, dan ini berarti ia diciptakan oleh Allah. Allah, Dia-lah satu-satunya Pencipta yang dapat menghidupkan benda mati. Dalam Alquran disebutkan, “Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS. Ar-Ruum, 30:19)

Catatan kaki

2) Sidney Fox, Klaus Dose, Molecular Evolution and The Origin of Life, New York: Marcel Dekker, 1977. hal. 2
3) Jeffrey Bada, "Origins", Earth, Februar 1998, hal. 40
4) Leslie E. Orgel, "The Origin of Life on Earth", Scientific American, Band 271, Oktober 1994, hal. 78

Rancangan Pada Protein

Rancangan Pada Protein

Sekarang marilah kita tinggalkan pertanyaan tentang “bagaimana sel pertama terbentuk” dan beralih ke pertanyaan yang jauh lebih mudah: Bagaimana protein pertama terbentuk? Teori evolusi tidak memiliki jawaban pula atas pertanyaan ini.
Rancangan kompleks molekul haemoglobin
Protein Sitokrom-C
Protein adalah molekul pembangun sel. Jika kita bandingkan sel dengan sebuah gedung pencakar langit, maka protein adalah batu bata penyusun gedung tersebut. Tetapi, protein tidak memiliki bentuk dan struktur baku sebagaimana batu bata. Bahkan sel paling sederhana memiliki kurang lebih 2.000 jenis protein yang berbeda. Sel tetap dapat melangsungkan kehidupan karena berfungsinya beragam protein yang berbeda ini secara sangat harmonis.
Protein terbuat dari molekul-molekul lebih kecil yang disebut “asam amino” yang terbentuk oleh beragam kombinasi berbeda dari atom karbon, nitrogen dan hidrogen. Terdapat 500-1.000 asam amino dalam sebuah protein berukuran rata-rata. Sejumlah protein berukuran jauh lebih besar.
Hal yang penting adalah bahwa asam-asam amino harus tersusun dalam urutan tertentu untuk membentuk sebuah protein. Terdapat 20 jenis asam amino berbeda yang menyusun makhluk hidup. Asam-asam amino ini tidak bergabung secara acak untuk membentuk protein. Setiap protein memiliki urutan asam amino tertentu dan urutan ini harus benar-benar tepat. Bahkan pengurangan atau penggantian satu asam amino saja mampu menjadikan protein tersebut gumpalan molekul tak berguna. Dengan alasan ini, setiap asam amino haruslah berada pada tempat yang benar dan urutan yang tepat. Urutan ini berdasarkan pada perintah yang disimpan dalam DNA sel, dan protein dihasilkan berdasarkan informasi yang terdapat dalam DNA tersebut.

Arsitektur Protein

Di samping memiliki rancangan teramat rumit, protein juga berperan sebagai batu bata yang membentuk bangunan tubuh. Tubuh manusia sebagian besarnya tersusun atas protein. Protein adalah bahan dasar pembentuk tulang, mata, rambut, atau otot kita. Di sini, anda dapat menyaksikan struktur bagian dalam yang rumit dari serat tunggal pembentuk salah satu otot kita. Sel-sel dengan protein pembentuknya yang berbeda-beda membentuk setiap bagian terkecil yang anda lihat pada struktur ini. Setiap bagian-bagiannya yang terkecil dirancang dan dibangun secara sempurna dengan menggunakan bahan organik, yaitu protein. Arsitektur protein yang mengagumkan adalah bukti nyata penciptaan.
Teori evolusi menyatakan bahwa protein pertama terbentuk dengan sendirinya “secara kebetulan”. Namun perhitungan peluang (probabilitas) menunjukkan hal ini mustahil terjadi. Sebagai contoh, probabilitas terbentuknya susunan asam amino dari suatu protein yang terdiri dari 500 asam amino dalam urutan yang benar adalah 1 berbanding 10950. 10950 adalah sebuah angka yang sulit dipahami yang dibuat dengan menempatkan sebanyak 950 angka nol di belakang angka satu. Dalam ilmu matematika, probabilitas lebih kecil dari 1 berbanding 1050 dianggap sebagai sesuatu yang hampir mustahil.

Sintesis Protein

Terdapat aktifitas yang berlangsung terus-menerus dalam sel-sel tubuh kita: protein yang terkandung dalam makanan yang kita makan dihancurkan, dan kemudian pecahan-pecahannya (asam amino) disusun kembali menjadi protein baru berdasarkan kode pada DNA. Begitulah, protein baru yang dibutuhkan oleh tubuh kita telah terbentuk. Proses ini, yang disebut sintesis protein, sebenarnya jauh lebih rumit daripada gambar yang disederhanakan ini. Tidak ada satu laboratorium pun yang memiliki kemampuan setaraf sel dalam hal pembuatan protein.
Singkatnya, sebuah protein tunggal pun tak dapat terbentuk secara kebetulan. Kaum Evolusionis juga mengakui fakta ini dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, Harold Blum, seorang ilmuwan evolusionis terkenal, menyatakan: “Pembentukan mandiri secara tiba-tiba sebuah rantai polipeptida dari protein terkecil yang pernah diketahui tampak jauh di luar jangkauan semua probabilitas” 6
Jadi, apa arti dari semua ini? Perry Reeves, seorang professor kimia, memberikan jawabannya:

Mampukah Monyet Menulis Sebuah Buku?

Sitokrom-C adalah salah satu protein terpenting yang memungkinkan respirasi oksigen terjadi. Protein ini diperlukan dalam kehidupan. Tidak mungkin protein yang memiliki rancangan sangat kompleks ini terbentuk secara kebetulan. Salah satu pendukung evolusi terkemuka di Turki, Prof. Ali Demirsoy, menyatakan dalam bukunya “Inheritance and Evolution” bahwa kemungkinan pembentukan sitokrom-C secara kebetulan adalah “sebagaimana kemungkinan seekor monyet menulis sejarah kemanusiaan dengan mesin ketik tanpa membuat kesalahan sedikit pun.” 8
Ketika seseorang meneliti betapa sangat banyaknya struktur yang mungkin terbentuk akibat kombinasi acak sederhana dari asam amino yang terdapat dalam sebuah kolam purba yang sedang menguap, maka adalah mustahil untuk mempercayai bahwa kehidupan dapat terbentuk dengan cara ini. Yang lebih masuk akal adalah Pencipta Maha Agung dengan sebuah rancangan induk diperlukan untuk melakukan tugas ini. 7

Catatan kaki

5) Lesen Sie bitte Harun Yahya, Der Evolutionsschwindel, Okusan Verlag, 2002, hal. 149
6) W. R. Bird, The Origin of Species Revisited, Nashville: Thomas Nelson Co., 1991, hal. 304
7) J. D. Thomas, Evolution and Faith, Abilene, TX, ACU Press, 1988. hal. 81-82
8) Ali Demirsoy, Kalitim ve Evrim (Vererbung und Evolution), Ankara: Meteksan Publishing Co., 1984, hal. 64

Rancangan Pada Sel

Rancangan Pada Sel

Semua makhluk hidup tersusun atas sel. Sebuah sel dapat mencukupi kebutuhannya sendiri; ia dapat menghasilkan makanannya sendiri, bergerak dan berhubungan dengan sel-sel yang lain. Dengan teknologi luar biasa ini, sel adalah bukti nyata bahwa kehidupan tidak dapat terbentuk secara kebetulan.
Sel, yang tak satu pun protein pembentuknya dapat terbentuk secara kebetulan, adalah sebuah keajaiban perancangan yang benar-benar telah menggugurkan hipothesis “kebetulan” teori evolusi. Di dalam sel terdapat sejumlah pusat pembangkit tenaga, pabrik yang kompleks, bank data raksasa, sistem penyimpanan dan pusat pengolahan yang canggih.

Sel Tumbuhan

Selain sel manusa dan hewan, sel tumbuhan juga merupakan sebuah keajaiban penciptaan. Sel tumbuhan menjalankan proses yang tak mampu dilakukan oleh satu laboratorium pun di masa kini. Proses ini adalah fotosintesis. Sebuah organel yang disebut kloroplas dalam sel tumbuhan memungkinkan tumbuhan untuk menghasilkan zat pati dengan menggunakan air, karbon dioksida, dan sinar matahari. Zat pati adalah mata rantai pertama dari rantai makanan di bumi dan menjadi sumber makanan bagi semua makhluk hidup. Keseluruhan selukbeluk proses yang sangat rumit ini masih belum diketahui hingga kini.

Sel Otak Yang Rumit

Satu sel otak senantiasa berhubungan dengan sel-sel lainnya yang berjumlah hingga 10.000 sel. Jaringan komunikasi ini jauh lebih rumit dibanding seluruh unit penghubung telepon di dunia.
Di masa Darwin, struktur luar biasa sel belumlah diketahui sama sekali. Dengan mikroskop sangat sederhana saat itu, sel terlihat seperti sebuah gumpalan berwarna kehitaman. Oleh karenanya, Darwin dan para evolusionis lain di zamannya meyakini sel hanyalah sebuah gumpalan kecil berisi air yang dapat dengan mudah terbentuk dengan sendirinya secara kebetulan. Gagasan bahwa kehidupan dapat dimunculkan oleh peristiwa kebetulan ini dapat diterima karena pemahaman ilmu pengetahuan yang masih terbelakang masa itu.
Sebuah sel imunitas (kekebalan) menangkap sel-sel kuman yang memasuki tubuh.
Tetapi, perkembangan ilmu pengetahu-an pada abad ke-20 mengungkapkan, sel memiliki sistem dengan kerumitan yang tak terbayangkan. Saat ini, terbukti bahwa sel yang memiliki rancangan rumit dan sempurna tersebut tidak mungkin terbentuk secara kebetulan sebagaimana anggapan teori evolusi. Sudah pasti sebuah struktur yang terlalu rumit, bahkan untuk dapat ditiru oleh manusia sekalipun, tidaklah mungkin hasil karya dari peristiwa “kebetulan”. Ahli matematika dan astronomi Inggris, Profesor Fred Hoyle, menerangkan kemustahilan ini sebagai berikut:
Kemungkinan terbentuknya kehidupan tingkat tinggi secara kebetulan dapat disamakan dengan kemungkinan angin tornado yang ketika melintasi tempat pembuangan barang bekas merakit pesawat Boeing 747 dari bahan-bahan yang ada... 9
Hoyle juga mengatakan: “Sesungguhnya, teori seperti ini (kehidupan tercipta oleh suatu kecerdasan) sangatlah jelas sehingga membuat seseorang bertanya-tanya mengapa hal ini tidak diterima luas sebagai sesuatu yang nyata. Alasannya lebih bersifat psikologis daripada ilmiah.” 10

Dapatkah Sebuah Pesawat Terbang Terbentuk Secara Kebetulan?

Sel memiliki rancangan sedemikian rumit sehingga seorang ilmuwan terkenal Fred Hoyle (kanan) membandingkannya dengan pesawat Boeing 747. Menurut Hoyle, sebagaimana sebuah pesawat yang tidak mungkin terbentuk secara kebetulan, sel pun tidak mungkin terbentuk secara kebetulan. Sesungguhnya, contoh ini menunjukkan kepada sebuah kenyataan penting lain: Walaupun manusia mampu membuat pesawat terbang raksasa dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologinya, ia ternyata masih belum mampu memproduksi satu sel pun.

Catatan kaki

9) "Hoyle on Evolution", Nature, Band 294, 12 November 1981, hal. 105
10) Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, New York, Simon & Schuster, 1984, hal. 130

Informasi Genetis

Informasi Genetis

Tahukah anda, di dalam setiap inti dari sel-sel pembentuk tubuh manusia yang keseluruhannya berjumlah trilyunan, terdapat kumpulan data yang cukup besar untuk mengisi sebuah ensiklopedi yang terdiri dari 900 jilid?
DNA memuat tidak hanya rancangan sebuah sel, tetapi juga rancangan utuh tubuh makhluk hidup. Struktur organ dalam tubuh kita, atau bentuk sayap burung, singkatnya segala sesuatunya, terkodekan dalam DNA hingga bagian-bagiannya yang terkecil.
Struktur DNA ditemukan oleh dua ilmuwan bernama Francis Crick dan James Watson. Meskipun seorang evolusionis, Crick mengatakan bahwa DNA tidak mungkin pernah muncul secara kebetulan.
DNA adalah sebuah molekul raksasa yang tersembunyi di dalam inti setiap sel hidup. Semua ciri fisik makhluk hidup dikodekan dalam molekul berbentuk rantai heliks ini. Semua informasi tentang tubuh kita, dari warna mata hingga struktur organ-organ dalam, juga bentuk serta fungsi sel-sel kita, terkodekan dalam bagian yang disebut gen dalam DNA.
Kode DNA tersusun atas urutan empat basa yang berbeda. Jika kita anggap setiap basa ini sebagai satu huruf, maka DNA dapat disamakan dengan sebuah bank data yang tersusun atas abjad berang-gotakan empat huruf. Semua informasi tentang makhluk hidup tersimpan dalam bank data ini.
Jika kita mencoba menuliskan informasi dalam DNA, maka ini akan menghabiskan sekitar satu juta halaman buku. Ini setara dengan sebuah ensiklopedi bervolume empat puluh kali lebih besar dari The Encyclopaedia Britannica, yang merupakan salah satu kumpulan informasi terbesar yang pernah dibuat manusia. Informasi raksasa ini tersimpan dalam inti yang sangat kecil dalam sel kita yang berukuran sekitar seperseribu milimeter.

Keajaiban Penggandaan Sel

Jika anda meletakkan satu sel bakteri dalam lingkungan yang sesuai, dalam beberapa jam anda akan mengetahui bahwa ia telah menghasilkan ratusan salinan bakteri yang sama. Setiap sel hidup memiliki kemampuan untuk “menggandakan dirinya sendiri.” Hingga pada saat DNA ditemukan, pertanyaan tentang bagaimana proses ajaib ini terjadi belumlah diketahui. Dengan penemuan DNA, terungkap bahwa setiap sel hidup memiliki sebuah “bank data” yang menyimpan seluruh informasi mengenai dirinya sendiri. Penemuan ini memperlihatkan keajaiban penciptaan.
Menurut perhitungan, sebuah rantai kecil DNA dalam satu sendok teh berkemampuan menyimpan semua informasi yang terdapat dalam semua buku yang pernah ditulis manusia.
Tentu saja, struktur menakjubkan seperti ini tidak akan pernah dapat terbentuk secara kebetulan dan ini membuktikan kehidupan diciptakan oleh Allah. Tidak mengherankan jika para evolusionis tidak mampu memberikan penjelasan tentang asal-usul DNA. Namun mereka masih saja memakai hipotesis “kebetulan” tersebut hanya untuk mempertahankan keberadaan teori evolusi. Ahli biologi molekuler terkemuka dari Australia, Michael Denton, menjelaskan hal ini dalam bukunya “Evolution: A Theory in Crisis” sebagai berikut:

Informasi Pada Rantai Heliks

Molekul DNA terdiri dari jutaan pasang basa yang tersusun dalam bentuk heliks. Jika sebuah molekul DNA dalam satu sel kita dibentangkan, panjangnya dapat mencapai satu meter. Rantai DNA ini terpadatkan dalam inti sel dengan sistem “pengemasan” yang luar biasa, sehingga ukurannya mengecil hingga seperseratus ribu milimeter saja.
Bagi para skeptis, perihal bahwa program genetis dari organisme tingkat tinggi – yang terdiri dari sekitar seribu juta bit informasi yang setara dengan urutan huruf dalam sebuah perpustakaan kecil berisi seribu jilid buku, yang berisi ribuan algoritma rumit berbentuk kode yang mengatur, menentukan dan menyusun pertumbuhan dan perkembangan bermilyar-milyar sel hingga membentuk suatu organisme kompleks, – terbentuk melalui proses yang sama sekali berlangsung secara acak sungguh merupakan pelecehan terhadap akal sehat. Akan tetapi bagi para Darwinis, gagasan tersebut diterima tanpa keraguan sedikitpun – cara berpikir ini justru diutamakan! 11

Setiap informasi yang ada berasal dari suatu sumber kecerdasan yang menjadikannya ada. Informasi menakjubkan dalam DNA adalah bukti adanya ilmu pengetahuan dan hikmah luar biasa, serta kekuasaan penciptaan oleh Allah.
Komposisi biokimiawi bulu serigala, ketebalannya, warna atau besar sudut tumbuhnya, telah terkodekan dalam DNA.

Catatan kaki

11) Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis, London: Burnett Books, 1985, hal. 351

Rancangan Di Alam

Rancangan Di Alam

Kenyataan bahwa makhluk hidup memiliki bentuk dengan rancangan sempurna membuktikan bahwa mereka mustahil pernah terbentuk dengan sendirinya. Rancangan di alam adalah bukti jelas yang menunjukkan adanya penciptaan
Ini bukanlah kepala ular melainkan ekor ulat! Dalam keadaan bahaya, ulat mengembangkan ekornya yang dirancang persis menyerupai kepala ular, dan menakut-nakuti musuhnya.

Pemburu Yang Ahli: Perangkap Serangga Pada Tumbuhan Venus

Tumbuhan karnivora, The Venus’ flytrap (Perangkap Serangga Venus), adalah pemburu ahli yang dengan cepat mampu menangkap serangga yang hinggap padanya. Mustahil sistem perangkap yang bekerja dengan sinyal listrik ini dihasilkan melalui proses kebetulan atau perkembangan bertahap. Rancangan sempurna pada perangkap serangga Venus adalah salah satu di antara sekian banyak bukti penciptaan.
pa yang muncul dalam benak anda jika ketika sedang berjalan di tengah hutan belantara, tiba-tiba anda menemukan mobil dengan model terbaru di antara pepohonan? Akankah anda berpikir beragam bahan baku di dalam hutan tersebut telah berdatangan dengan sendirinya dan saling bergabung secara kebetulan selama jutaan tahun dan kemudian membentuk mobil tersebut? Semua bahan baku pembentuk mobil berasal dari besi, plastik, karet, tanah atau produk sampingnya, tetapi akankah fakta ini membuat anda berpikir bahwa bahan-bahan ini telah berkumpul menjadi satu “secara kebetulan” dan dengan sendirinya membentuk sebuah mobil?
Tidak diragukan lagi, manusia berakal sehat akan meyakini mobil tersebut sebagai hasil suatu rancangan cerdas, dengan kata lain ini adalah buatan pabrik, dan ia pun akan bertanya-tanya mengapa ada mobil di tengah hutan. Kemunculan secara tiba-tiba suatu rancangan rumit dalam bentuknya yang telah lengkap dari sebuah ketiadaan menunjukkan bahwa rancangan ini telah dibuat oleh sesuatu yang memiliki kecerdasan luar biasa.
Contoh tentang mobil di atas juga berlaku bagi makhluk hidup. Nyatanya, rancangan pada makhluk hidup terlalu sempurna dibandingkan dengan yang ada pada mobil. Sel, satuan terkecil pembentuk kehidupan, ternyata jauh lebih rumit dari produk teknologi buatan manusia. Lebih jauh lagi, organisme rumit yang tak dapat disederhanakan ini pasti telah terbentuk secara tiba-tiba dan dalam keadaan telah lengkap.
Karena itu sangatlah jelas, semua makhluk hidup adalah hasil dari suatu “perancangan” cerdas. Dengan kata lain semua makhluk hidup diciptakan oleh Allah.
Ikan ini diciptakan dengan cara berburu yang sangat menarik. Dalam keadaan biasa, ia menyembunyikan cara berburunya.
Ketika melihat mangsa, ia membuka sirip atasnya. Sirip ini dirancang persis menyerupai seekor ikan kecil hingga bagian-bagiannya yang terkecil.
Mangsa, yang tengah terpikat oleh ikan palsu, “bergerak mendekat dan tiba-tiba menjadi mangsanya”
Menghadapi kebenaran yang nyata ini, evolusionis malah berpaling dan mengambil konsep:”kebetulan”. Dengan mempercayai kebetulan murni dapat menghasilkan rancangan sempurna, evolusionis telah keluar dari batas akal dan ilmu pengetahuan. Pakar zoologi terkenal, Pierre Grassé, mantan presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis, memberikan pernyataannya mengenai logika “kebetulan”, yang menjadi tulang punggung Darwinisme:

Rancangan Pada Tangan Kita

Tangan manusia memiliki rancangan sempurna yang memberikan kita kemampuan bergerak secara leluasa. Tiap-tiap tulang kecil berjumlah 27 yang membentuk tangan ini dipasang secara tepat berdasarkan perhitungan teknis yang akurat. Otot-otot yang membantu menggerakkan jari-jemari diletakkan di lengan bawah agar tidak menjadikan tangan kita kaku. Otot-otot ini tersambungkan dengan tendontendon kuat ke tiga tulang kecil pada jari-jemari. Selain itu, terdapat jaringan yang menyerupai gelang pada pergelangan tangan kita yang mengikat semua tendon ini. Tangan memiliki racangan yang sedemikian sempurna sehingga tak satu pun “tangan robot” yang dihasilkan oleh teknologi modern mampu menyamai kemampuan tangan manusia.
“Kemunculan pada saat yang tepat beragam mutasi yang memungkinkan hewan dan tumbuhan untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan tampak sulit untuk dapat dipercaya. Namun teori Darwin malah lebih jauh dari itu: Suatu tumbuhan, seekor hewan membutuhkan beribu-ribu peristiwa keberuntungan yang tepat. Begitulah, keajaiban menjadi kaidah: peristiwa-peristiwa dengan kemungkinan teramat kecil tidak boleh gagal terjadi...Tidak ada hukum yang melarang untuk berkhayal, tetapi ilmu pengetahuan tidak seharusnya terjerembab ke dalamnya. 12
Grassé menyimpulkan apa arti konsep “kebetulan” bagi para evolusionis: “...Kebetulan menjadi semacam mukjizat yang, di balik kedok atheisme, tidak diberi nama tetapi disembah secara diam-diam”. 13
Inilah bentuk kepercayaan takhayul yang mendasari Darwinisme.

Tulang Dan Menara Eiffel

Berbagai contoh rancangan di alam sering menjadi sumber inspirasi bagi rancangan teknologi. Di antara contoh ini adalah struktur berongga pada tulang manusia yang dilengkapi dengan tendon kecil, yang menjadi sumber inspirasi Menara Eiffel di Paris yang terkenal itu. Struktur inilah yang memberi kekuatan, kelenturan, dan keringanan tulang. Sifat yang sama pun terdapat pada menara Eiffel, walaupun tidak sebaik pada tulang.

Catatan kaki

12) Pierre-P Grassé, Evolution of Living Organisms, New York: Academic Press, 1977, hal. 103
13) Pierre-P Grassé, Evolution of Living Organisms, hal. 107

Percobaan Miller

Percobaan Miller

Evolusionis sering mengutip Percobaan Miller sebagai bukti kebenaran pernyataan mereka, yakni bahwa kehidupan terbentuk secara kebetulan pada kondisi atmosfir bumi purba. Akan tetapi, percobaan yang dilakukan sekitar 50 tahun yang lalu ini telah kehilangan nilai ilmiah akibat terbantahkan oleh berbagai penemuan setelahnya.
Miller dengan alat percobaannya.

Pengakuan Miller

Kini, Miller sendiri mengakui bahwa percobaannya pada tahun 1953 masih belum mampu menjelaskan asal-usul kehidupan.
A hli kimia Amerika, Stanley Miller, melakukan suatu percobaan pada tahun 1953 untuk mendukung skenario evolusi molekuler. Miller beranggapan atmosfir bumi purba terdiri atas gas metana, amonia, dan hidrogen. Dia mencampurkan gas-gas ini dalam suatu rancangan percobaan dan mengalirkan arus listrik pada campuran tersebut. Sekitar seminggu kemudian, ia menemukan sejumlah asam amino terbentuk dalam campuran ini.
Penemuan ini membangkitkan kegembiraan luar biasa di kalangan para evolusionis. Dalam dua puluh tahun kemudian, beberapa evolusionis, seperti Sydney Fox dan Cyril Ponnamperuma, berusaha mengembangkan skenario Miller.
Berbagai penemuan berikutnya yang terjadi dalam tahun 1970-an, yang dikenal sebagai “percobaan atmosfir bumi purba”, menggugurkan upaya evolusionis tersebut. Terungkap bahwa “model atmosfir bumi purba, yang didasarkan pada gas metana-amonia” sebagaimana dikemukakan Miller dan para evolusionis lain, diketahui telah keliru sama sekali. Miller memilih gas ini dengan sengaja karena kemudahan dan kecocokannya bagi pembentukan asam amino. Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menunjukkan atmosfir bumi purba terdiri atas nitrogen, karbon dioksida dan uap air.14

Kekeliruan Atmosfir Bumi Purba

Miller menyatakan ia telah berhasil meniru kondisi atmosfir bumi purba dalam percobaannya. Kenyataannya, udara yang digunakan Miller dalam percobaannya jauh berbeda dengan kondisi bumi purba yang sesungguhnya. Lebih dari itu, dalam percobaannya, Miller telah memasukkan mekanisme yang disesuaikan dengan tujuannya. Nyatanya, dengan percobaan ini, ia sendiri malah menggugurkan anggapan evolusionis bahwa asam amino dapat terbentuk dengan sendirinya secara kebetulan pada kondisi alamiah.
Model atmosfir seperti ini tidak cocok bagi pembentukan asam amino. Terlebih lagi diketahui, oksigen dalam jumlah besar tersedia secara alami pada atmosfir bumi purba.15 Hal ini sekaligus menggugurkan skenario evolusionis, sebab oksigen bebas jelas akan menguraikan asam-asam amino yang terbentuk.

Percobaan Fox Yang Gagal

Terilhami oleh skenario Miller, para evolusionis melakukan percobaan yang berbeda di tahun-tahun setelahnya. Sydney Fox berhasil membuat molekul, sebagaimana terlihat pada gambar, yang ia sebut “proteinoid”, dengan menggabungkan beberapa asam amino. Rantai asam amino tak berguna ini tidak ada kaitannya dengan protein sesungguhnya yang menyusun tubuh makhluk hidup. Pada kenyataannya, segala usaha ini tidak hanya menunjukkan kehidupan tidak mungkin terbentuk secara kebetulan, tetapi juga tidak dapat
Akibat berbagai penemuan ini, masyarakat ilmuwan pada tahun 1980-an menyatakan percobaan Miller dan “percobaan-percobaan atmosfir bumi purba” lain setelahnya tidak bernilai sama sekali. Setelah lama bungkam, akhirnya Miller pun mengakui medium atmosfir yang ia gunakan tidaklah sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.16
Selain itu, semua perdebatan ini baru mengenai “pembentukan asam amino”. Bahkan jika asam-asam amino telah terbentuk, mustahil molekul-molekul organik sederhana ini dengan kehendak sendiri mampu membentuk struktur sangat kompleks seperti protein secara kebetulan dan menghasilkan sel hidup yang tidak dapat ditiru sekalipun oleh manusia di laboratorium yang ada saat ini.
Waktu lima puluh tahun yang telah berlalu sejak masa Miller hanya semakin membuktikan keputusasaan yang dialami teori evolusi di tingkat molekuler. 
Ferris dan Chen dari Amerika Serikat mengulangi percobaan tersebut dengan menggunakan gas-gas yang ada pada masa bumi purba. Tak satu pun asam amino yang mereka dapatkan.
ASUMSI MILLERKONDISI SEBENARNYAMENGAPA PERCOBAAN MILLER KELIRU?
Ia menggunakan metana, amonia dan uap air dalam percobaannya.Bumi purba berisi karbon dioksida dan nitrogen, dan bukan metana dan amonia.Ferris and Chen from the USA repeated the experiment with the gases that existed at that time. Not even one amino acid was obtained.
Ia mengganggap oksigen tidak ada dalam atmosfir bumi purba.Penemuan menunjukkan bahwa terdapat oksigen dalam jumlah besar pada atmosfir bumi purba.Dengan keberadaan oksigen dalam jumlah besar, asamasam amino akan hancur dan terurai sekalipun telah berhasil terbentuk.
Ada mekanisme khusus yang dipasang untuk pembentukan asam amino dalam percobaannya. Mekanisme yang disebut “Cold Trap” (Perangkap Dingin) ini memisahkan dan melindungi asam-asam amino dari lingkungan terbuka segera setelah pembentukannya.Mustahil mekanisme seperti ini terdapat di alam. Dalam kondisi alamiah, asam-asam amino berhubungan dengan segala jenis faktor luar yang bersifat merusak.Jika mekanisme yang dikenal sebagai “Cold Trap” ini tidak ada, sumber percikan listrik dan zat-zat kimia lain yang dihasilkan selama percobaan berlangsung akan merusak asam-asam amino tersebut.

Catatan kaki

14) J. hal. Ferris, C. T. Chen, "Photochemistry of Methane, Nitrogen, and Water Mixture As a Model for the Atmosphere of the Primitive Earth", Journal of American Chemical Society, Bd. 97:11, 1975, hal. 2964
15) "New Evidence on Evolution of Early Atmosphere and Life", Bulletin of the American Meteorological Society, Bd. 63, November 1982, hal. 1328 ff.
16) Colin Patterson, "Cladistics", BBC, Interview mitBrian Leek, Peter Franz, 4 März 1982